Data pangan
masih menjadi polemik berkelanjutan khususnya dalam menentukan berapa
ketersediaan pasokan dan kebutuhan akan pangan di Indonesia. Setiap kali
pemerintah melakukan impor selalu ada perdebatan. Tidak hanya komoditi beras
yang menjadi polemik data pangan, tetapi juga jagung. Hal ini mengindikasikan
ada masalah pada data jagung dan perlu upaya perbaikan. Data jagung, terutama
untuk pakan masih bermasalah. Hal ini diduga karena proses perhitungan data
produksi jagung yang dianggap sering over
estimate atau lebih besar dari capaian produksi yang sebenarnya.
Setelah BPS
berhasil merilis data produksi beras berdasarkan perbaikan luas panen
menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA) pada 2018, BPS diharapkan dapat
memperbaiki data produksi jagung dengan cara yang mirip walaupun perlu
penyesuaian. Pada tahun 2019 BPS kembali bermitra dengan Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) dalam upaya penyusunan sistem KSA jagung untuk mengawali
perbaikan data jagung. Sebelumnya, data luas panen hanya dikumpulkan melalui
pandangan mata petugas pengumpul data atau yang disebut eye estimate. Metode tersebut sangat subyektif dan cukup rendah
tingkat akurasinya serta diduga menjadi titik terlemah penghitungan data
ketersediaan pasokan jagung. Metode KSA jagung merupakan metode baru yang
dilakukan berdasarkan posisi geografis tanaman jagung yang dibagi menjadi
wilayah/ segmen-segmen. Metode ini dilakukan secara obyektif dengan menggunakan
teknologi modern melalui perangkat smartphone sebagai alat ukurnya. Dalam pengumpulan
datanya dilakukan pengamatan terhadap fase tumbuh tanaman jagung pada satuan
wilayah/segmen terpilih. Dalam setiap segmennya dibagi menjadi empat titik.
Setiap bulan akan dipantau fase pertumbuhan tanaman jagung pada titik yang
sama. Pemantauan ini membuat kita dapat mengestimasi seberapa luas lahan panen
jagung yang ada pada setiap bulannya di berbagai tempat.
Sampai saat
ini, pengamatan KSA Jagung telah berjalan selama 8 bulan. Di BPS Kabupaten
Boyolali sendiri target KSA Jagung yang harus diselesaikan setiap bulannya
adalah sebanyak 84 segmen yang dikerjakan oleh 10 petugas pencacah dan 4
petugas pengawas.
Semoga dengan
adanya upaya perbaikan data jagung ini, polemik yang terjadi akibat
ketidakakuratan data akan teratasi. Selain itu hasil KSA jagung ini kita
nantikan untuk dapat menjadi bahan pijakan pengambilan kebijakan pemerintah.
Karena itu mari kita dukung upaya perbaikan data jagung ini demi Indonesia yang
lebih baik.